Peran dan Sikap Orang Tua Saat Anak Belajar di Pesantren

Oleh: DR. HC. Andi Sidomulyo
Pengasuh Pondok Pesantren Modern Saad bin Abi Waqqas

Mengantarkan anak ke pesantren adalah salah satu keputusan besar dalam hidup orang tua. Keputusan ini lahir dari niat mulia agar anak mendapatkan pendidikan agama yang kuat, akhlak yang terjaga, dan wawasan modern yang luas. Namun, setelah anak berada di lingkungan pesantren, peran orang tua tidak serta-merta selesai. Justru di sinilah ujian kesabaran, keikhlasan, dan kebijaksanaan orang tua benar-benar diuji.

Ada beberapa sikap penting yang perlu ditanamkan orang tua ketika anaknya berada di pesantren:


1. Ikhlas dan Tawakal

Menitipkan anak di pesantren berarti mempercayakan sebagian tanggung jawab pendidikan kepada para guru dan ustadz. Orang tua harus ikhlas, menyingkirkan rasa berat hati, dan berserah diri kepada Allah bahwa anaknya sedang menempuh jalan kebaikan.
Allah SWT berfirman:

“Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).”
(QS. Ath-Thalaq: 3)


2. Doa yang Tidak Pernah Putus

Meski jauh secara fisik, doa orang tua adalah penjaga terbaik bagi anak. Rasulullah SAW bersabda:

“Tiga doa yang mustajab tanpa diragukan lagi: doa orang tua, doa orang yang berpuasa, dan doa orang yang terzalimi.”
(HR. Tirmidzi, no. 1905)

Doakan anak agar selalu diberikan kesehatan, kekuatan hati, kemudahan dalam menuntut ilmu, serta istiqamah di jalan Allah.


3. Percaya kepada Proses Pendidikan Pesantren

Terkadang anak akan bercerita tentang kesulitan, aturan yang ketat, atau rasa rindu rumah. Pada saat seperti itu, orang tua perlu bijak merespons. Jangan terburu-buru menyalahkan pesantren, tetapi yakinkan anak bahwa semua aturan adalah bagian dari proses pembentukan diri dan kedewasaan.

Allah SWT mengingatkan dalam Al-Qur’an:

“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 216)


4. Sabar Menghadapi Perubahan Anak

Anak di pesantren pasti mengalami perubahan: cara bicara, gaya berpikir, bahkan kebiasaan sehari-hari. Orang tua hendaknya menerima perubahan itu dengan lapang dada, mendukung hal-hal positif, dan membimbing bila masih ada yang perlu diluruskan.

Rasulullah SAW bersabda:

“Tidaklah seorang hamba diberi anugerah yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.”
(HR. Bukhari dan Muslim)


5. Jaga Komunikasi yang Sehat

Kunjungan dan komunikasi dengan anak sangat penting, namun perlu dijaga agar tidak berlebihan. Jangan sampai kerinduan membuat orang tua menuruti semua keluhan anak, sehingga semangat belajarnya menurun. Berikan semangat, nasihat, dan motivasi agar anak merasa dikuatkan.

Al-Qur’an menegaskan pentingnya saling menasihati dalam kebaikan:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”
(QS. Al-Maidah: 2)


6. Menjadi Teladan di Rumah

Pesantren mendidik anak dalam aspek ilmu dan akhlak, namun pendidikan di rumah tetap sangat berpengaruh. Orang tua harus menjadi teladan dalam shalat, kesederhanaan, dan akhlak sehari-hari, sehingga apa yang anak pelajari di pesantren menemukan wujud nyata dalam keluarga.

Rasulullah SAW bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya…”
(HR. Bukhari dan Muslim)


Penutup

Mendidik anak bukan hanya tugas pesantren, melainkan sinergi antara orang tua dan para guru. Dengan sikap ikhlas, doa, kesabaran, dan teladan yang baik, insya Allah anak akan tumbuh menjadi generasi yang berilmu, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan zaman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *